Mewujudkan Resepsi Pernikahan Impian: Kondangan Ramah Anak

Sejak kapan kamu suka membayangkan resepsi pernikahan yang ingin kamu wujudkan? Kalau aku suka mengkhayalkannya sejak masih kecil, sejak SD tepatnya. Selain suka berkhayal menjadi putri kerajaan dan penyiar berita televisi/radio, aku juga suka berkhayal menjadi pengantin sejak kecil. hihihi…

Menyambung postingan sebelumnya yang bercerita tentang pertemuanku dengan suami, kali ini aku ingin berbagai tentang prosesku mewujudkan resepsi pernikahan impianku. Meskipun resepsinya sudah berlalu 4 bulan lebih, mudah-mudahan tetap relevan ya, terutama buat teman-teman yang sedang mempersiapkan pernikahan impiannya. prikitieeewww….

Sejak kecil aku selalu mengidamkan pernikahan yang diselenggarakan di alam terbuka, aku juga tidak tahu tepatnya mengapa. Apakah terinspirasi dari pernikahan putri-putri di negeri dongeng, atau sekadar kesukaanku pada alam, entahlah. Keinginan ini semakin kuat semenjak di masa remaja hingga dewasa aku cukup sering mengikuti kegiatan luar ruangan.

Seiring dengan pertumbuhan usia dan tertanamnya nilai-nilai baru pada diriku, impianku soal resepsi pernikahan ini juga semakin banyak dan menggenap menjadi sebuah ‘konsep’. Beruntungnya, calon suamiku juga tipe orang yang bisa diajak diskusi seru konsep-mengonsep, dan nilai-nilainya selaras denganku. Kalau aku sudah mulai terlalu njlimet, dia yang akan membantu menyederhanakannya. Dan tentunya juga orangtua kami yang sangat terbuka dengan ide-ide kami, dan memberikan kepercayaan penuh untuk mewujudkan harapan kami. Perfect team! hihi…

Salah satu yang menjadi perhatian besarku adalah kenyamanan anak-anak ketika menghadiri resepsi pernikahan bersama orangtuanya. Suka kasian ga sih, kalo ngeliat bocah-bocah badmood di resepsi karena pusing dengan keramaian, ga bisa lari-lari dengan bebas, dan kepanasan? Dan pada akhirnya, orangtua yang membawa anak inipun kurang bisa menikmati resepsi dan bersilaturahim. Tak jarang pula yang tidak bisa hadir ke undangan dengan alasan tidak bisa bawa anak. Kan sedih :(. Berawal dari perhatian tersebut, aku sangat ingin anak dan orangtua merasa senang dan nyaman ketika menghadiri resepsiku. Maka dari itu, aku mengusung konsep Kondangan Ramah Anak. Terdengar unik dan seru kan? hihi…

Konsep Kondangan Ramah Anak ini sangat selaras dengan lokasi luar ruangan. Aku membayangkan, alangkah asyiknya kalau anak-anak bisa leluasa bermain dan berlarian di resepsi pernikahanku.

Titik perhatianku yang lain adalah fakta bahwa resepsi pernikahan seringkali meninggalkan tumpukan sampah yang luar biasa, dan makanan sisa sehingga mubazir. Hiks. Jangan sampai berkah pernikahanku berkurang gegara hal esensial begini tidak terperhatikan. Bisa dibilang cita-cita mengurangi sampah ini membuat resepsinya dekat dengan konsep ‘green wedding‘, meskipun kami tidak berani melabeli demikian karena belum bisa sepenuhnya melaksanakan.

Aku juga sangat ingin seluruh tamuku mendapatkan tempat duduk ketika makan. Selain makan sambil duduk itu dicontohkan oleh Rasul serta baik untuk kesehatan, kan pegel banget selama undangan berdiri terus…apalagi kalo pake high heels XD.

Banyak banget yah pengennya?? haha. Kalau disimpulkan sih, kami ingin pernikahan kami bertambah berkahnya melalui pesan-pesan (edukatif) dan kampanye positif yang tersirat. Dengan konsep sebanyak ini, tentunya yang menjadi tantangan adalah pengondisian selama di lapangan, dan mencari vendor-vendor yang bersedia bekerja sama mewujudkan ini… Maka dari itu, sayang rasanya kalau proses persiapan ini tidak kubagikan kepada khalayak. Siapa tau berguna!

Ok, here’s the journey~~~~

 

Persiapan Awal

Percaya atau tidak, aku sudah mencicil daftar persiapan pernikahan sejak sekitar 3 tahun yang lalu, bahkan sebelum aku tahu siapa calon suamiku. haha. Ceritanya mah antisipatif. Sejak dulu aku sudah punya feeling kalau persiapan teknis pernikahanku akan singkat, maka untuk meminimalisir detail persiapan yang terlewat, sejak jauh hari aku mempersiapkan daftar persiapannya. Bahkan, akupun sudah menabung beberapa vendor yang kuincar sejak lama.

*)Tips pertama: meskipun kamu belum tau siapa jodohmu, tak ada salahnya membuat daftar persiapan ini sejak jauh hari. Selain menyiratkan optimisme, ini juga bentuk doa dan ikhtiar menyiapkan serta memantaskan diri lho 😉

Draft catatan ini kutuangkan pada Trello, sebuah platform catatan kolaboratif yang berbasis online. Ini adalah platform andalanku sejak sekitar 4 tahun terakhir untuk urusan pekerjaan maupun keseharian. Ketika pertengahan September tanggal persiapan kami sudah fix, akupun melengkapi dan mengisi catatan tersebut bersama sang calon suami. Kami fokus menggarap catatan ini selama 2 minggu pertama persiapan; mulai dari konsep, persiapan menuju hari H, daftar vendor beserta progres survey nya, hingga persiapan teknis hari H. Yang membuatnya seru, tentu saja karena ini bisa dikerjakan secara kolaboratif meskipun sedang berjauhan.  Bisa saling menambahkan, mengedit, dan mengomentari atau memberi masukan. Semuanya terdokumentasi! Board persiapan ini beranggotakan aku, calon suami, dan kakakku yang sedang berada di Jepang. Asyik kan, bahkan kakakku yang sedang berjauhan saja bisa berkontribusi dan memantau persiapan pernikahanku.

20170410_180444.jpg
Pencatatan persiapan pernikahan di Trello yang sudah kucicil sejak jauh hari (tentu saja judulnya baru ditulis demikian setelah calon suaminya jelas siapa. haha)

Nilai lebih penggunaan catatan kolaboratif seperti ini adalah sebagai media untuk mengomunikasikan rencana kita kepada orangtua secara kongkret. Bener deh, ini sangat membantu orangtua menjadi lebih tenang karena mengetahui bahwa anak-anaknya sedang mempersiapkan pernikahan secara ‘nyata’, tidak sebatas melalui obrolan. Ketika masing-masing dari kami mempresentasikan rencana kami kepada orangtua, sangat terasa bahwa kecemasan mereka berkurang. Plus takjub karena zaman sekarang persiapan pernikahan bisa sangat terbantu oleh teknologi macam ini. haha.

*)Tips ke-2: Agar orangtua tenang dan memberikan kepercayaan kepada kita ketika persiapan, dokumentasikan semuanya untuk bahan presentasi, plus rajin-rajin menceritakan perkembangan serta pertimbangannya. 

Lalu bagaimana dengan ide-ide konsep pernikahan yang tidak biasa ini? orangtua tidak apa-apa? Beberapa poinnya sebenarnya sudah dikomunikasikan sejak jauh hari kepada orangtua dalam obrolan ringan keseharian. hihi. Jadi bisa dibilang, ini bukan hal yang mengagetkan terutama bagi orangtuaku. Namun tentunya konsep-konsep yang awalnya diinginkan tidak 100% diwujudkan, ada titik-titik penyesuaian berdasarkan pakem-pakem dari orangtua. Oh ya, sebelum aku ngalor ngidul melengkapi catatan Trello tersebut dengan segala tetek-bengeknya, tentu saja aku ngobrol dengan orangtua, meminta masukan mereka mengenai aturan-aturan dasar/harapan mereka mengenai sebuah resepsi (terutama menyangkut anggaran dan jumlah undangan). Jadi kami mengembangkan ide tanpa keluar batas-batas tersebut.

 

Pemilihan Lokasi

Lokasi biasanya menjadi persiapan yang paling pertama mengingat akan mempengaruhi persiapan lainnya. Menyadari bahwa persiapan relatif sempit (3 bulan), maka urusan pemilihan lokasi ini benar-benar harus didukung banyak doa dan keberuntungan. Kebanyakan orang sudah memesan lokasi pernikahan 6 bulan bahkan 1 tahun sebelum pernikahan. Sedangkan kami hanya punya waktu 3 bulan, banyak requirement pula. Nekad!

Agar efektif, aku dibantu kakakku mengawali survey lokasi melalui internet, mengintip-intip beberapa blog yang memuat informasi mengenai harga lokasi-lokasi pernikahan di Bandung beserta kisaran harga dan fasilitasnya. Informasi tersebut cukup membantu kami untuk mempersempit pilihan berdasarkan kriteria anggaran dan lokasi. Meskipun sebenarnya berharap lokasinya luar ruangan, kami juga tetap menjajaki gedung pernikahan dalam ruangan, yang penting dapet deh soalnya udah mepet! Kami bahkan sempat mengincar Pendopo Walikota Bandung melalui jalur koneksi komunitas, namun ternyata gagal. hehe.

Oh ya, sebenarnya pemilihan tanggal pernikahan kami sesuaikan dengan tanggal ketersediaan lokasi yang kami incar. Awalnya kami menaruh kisaran pernikahan antara bulan November dan Desember 2016. Itulah pertanyaan awal yang kami ajukan setiap survey lokasi “Tanggal berapa yang masih kosong antara November sampai Desember?”.

Qadarullah, rezeki kami mendapatkan sebuah lokasi yang sangat sangat ideal untuk mewujudkan konsep pernikahan kami, sesuai dengan anggaran pula. Pandiga Educreation and Sport, yang berlokasi di Cihanjuang Cimahi akhirnya menjadi pilihan kami. Sesuai namanya, lokasi ini merupakan gabungan antara tempat olahraga dan rekreasi. Kami sekeluarga memang sempat beberapa kali ke sana untuk berenang, dan menemani keponakan untuk mengikuti kids outbond. Ya, kids outbond!pandiga 3

Di Pandiga ini ada taman yang sehari-harinya berfungsi sebagai taman bermain anak yang dilengkapi beberapa instalasi outbond. Sedangkan di akhir pekan, taman ini memang biasa digunakan untuk resepsi pernikahan. Sempurna sekali untuk mewujudkan Kondangan Ramah Anak kan?

Hal yang menyenangkan lagi dari Pandiga adalah harganya yang jauh di bawah lokasi outdoor lain di Bandung. Kalau dibandingkan dengan lokasi lain di Bandung, bisa menghemat 25-50%. Meskipun lebih murah, tapi penyediaan fasilitasnya juga baik hati lho, kapasitas 1000-1500 orang, termasuk kursi 150 buah, listrik 6500 watt, tenda plafon 150m2, kapasitas parkir 200 mobil, katering bisa dari luar tanpa charge, dan tanpa batasan waktu yang ketat berakhirnya acara. Baik hati bangeeeet yaaa…hihi.

Posisinya juga cukup ideal bagi keluarga mempelai. Lokasinya berada di antara rumah kedua mempelai, saya dari daerah Cijerah, calon suami dari Padalarang.

Waktu itu, sampai akhirnya memilih lokasi di Pandiga pada musim hujan telah melalui diskusi yang panjaaaang dan diomat-omat banyak pihak. Kami mendapat banyak cerita mengenai resepsi yang ‘kurang sukses’ karena turunnya hujan besar. Bismillah aja deh… Untungnya Pandiga ini tidak sepenuhnya ruangan terbuka, karena ada bagian pendopo yang tertutup, serta saung-saung kecil tersebar di taman yang bisa digunakan untuk duduk ngampar santai dan berlindung jika hujan. Bisa dibilang lokasinya kategori semi-outdoor. Kami juga tampaknya tak berani ambil resiko kalau lokasinya full outdoor. Plus, kami mengantisipasi menyediakan payung untuk tamu kalau hujan.

Meskipun kami telah berserah pada ketetapan Allah hari itu akan hujan atau tidak, selama sebulan terakhir persiapan kami lumayan tegang. Karena saat itu hujan lebat ditambah angin kencang sangat sering mengguyur Bandung hingga Cimahi dan Padalarang. Persiapan pernikahanpun sempat beberapa kali tertunda karena mobilisasi kami terhambat karena cuaca tak menentu ini. Benar-benar bekalnya saat itu adalah banyak banyak berdoa….

Alhamdulillah…ternyata ketika hari pelaksanaan cuaca cerah ceria! Yeaaay…Hujannya sudah dihabiskan malam sebelum acara…hehe.

By the way, awalnya karena ingin resepsinya casual dan akrab, kami tidak ingin ada pelaminan. Inginnya sih pengantinnya bisa muter-muter area resepsi sambil bersapa dengan tamu-tamu (sekalian hemat anggaran hehe). Namun berdasarkan masukan orangtua dan vendor, hal tersebut tidak memungkinkan mengingat jumlah tamu yang sekitar 1000 orang. Wah, bisa gempor tuh mantennya! Bener juga…hihi.

*)Tips ke-3: Kalau mau cari lokasi atau vendor yang lebih murah, Cimahi bisa jadi alternatif. Perbedaan harganya cukup signifikan. Lokasinya memang cukup jauh dari tengah kota, tapi tidak sejauh dan semacet ke Lembang kalau akhir pekan (lebih mahal pula). Jadi, lebih baik ke Cimahi daripada yang mainstream seperti di Lembang kan? hehe…

 

Tata Rias, Pakaian Pengantin, Katering, dan Dekorasi

Biar praktis, cita-citanya sih semua item ini diurus oleh vendor yang sama. Pada akhirnya sih, hanya pakaian yang tidak berasal dari vendor yang sama. Sedangkan yang lainnya sama. Tersebutlah Fairuz Wedding Muslim sebagai vendor pilihanku. Sejak lama aku sudah mengincar vendor ini, vendor yang sama dengan yang digunakan kakakku 10 tahun yang lalu. Sejak awal aku menyukai tata riasnya yang lembut, rapi, natural, tapi tetap manglingi. Alhamdulillah, akupun benar-benar puas dengan hasil riasannya. Bener deh, efek tata rias pengantin bener-bener mejik. Berhasil bikin aku manglingi dan anggun, tanpa menghilangkan kesan ceria dan enerjik yang sudah melekat padaku. Kalau kata orang-orang, auranya keluar…cieee…

Ini vendor pertama sekaligus satu-satunya yang aku hubungi untuk urusan rias pengantin dan katering. Ketika saya survey harga dan food test di pernikahan lain, langsung cocok. Jadi fix lah Fairuz Wedding ini jadi vendor kepercayaanku. Dan lagi-lagi, harganya terbilang bersahabat dibanding vendor lain di Bandung. So, tips ku yang ke-3 tadi masih berlaku kan…

Untuk pakaian akad, aku mendapatkan kehormatan mengenakan pakaian akad milik sahabat baikku sejak kanak-kanak, Arum. Sejak ia mengetahui rencana pernikahanku, dengan semangat ia menawarkanku untuk meminjamkan pakaian akadnya dan merancangkan kartu undangan untukku secara cuma-cuma. Tentu saja aku menerimanya dengan suka cita dan keharuan. Ada semacam nuansa sentimentil tersendiri ketika mengenakannya… Karena pakaian itu milik sahabat yang bertumbuh bersama sejak kecil. Sahabat yang suka berkhayal bersama tentang pernikahan. hihihi…

Sedangkan untuk pakaian resepsi, awalnya aku berencana menyewa dari Fairuz juga. Namun ternyata tidak ada ukuran dan model yang cocok denganku dan konsep pernikahan luar ruangan (padahal modelnya lucu-lucu deh!). Akhirnya, aku meminta salah satu rekanku Marissa Siagian, sesama dosen di prodi Kriya Tekstil dan Mode untuk merancang sekaligus menjahitkan baju pernikahanku dan suamiku. Dan rancangannya benar-benar membuatku merasa istimewaaaa… Ia benar-benar berhasil menerjemahkan konsep dariku dielaborasikan dengan kepribadianku yang pecicilan ini agar tetap nyaman menjadi diri ketika resepsi. Salah satu yang paling keren adalah bagian-bagiannya yang bisa bongkar-pasang, sehingga pakaian ini bisa kukenakan di lain kesempatan tanpa harus menggunakan seluruh bagiannya.

Lalu soal makanan dan minuman, nah ini agak tricky. Pasalnya kami berharap agar resepsi ini sesedikit mungkin menghasilkan sampah (yah, kalau tidak menghasilkan sampah mah belum mampu euy). Kira-kira vendornya bersedia ga ya menyediakan piring dan gelas yang cukup agar tidak menggunakan air minum dalam kemasan maupun piring plastik/kertas yang sekali pakai… Alhamdulillah, setelah kami menjelaskan keinginan kami untuk meminimalisir sampah beserta alasannya, Fairuz Wedding menyambut dengan sangat positif dan bersedia memfasilitasinya. Ah senangnyaaa….

Urusan dekorasi merupakan urusan yang paling mepet ditetapkan (baru 2 pekan menjelang hari H). Selama beberapa lama aku sempat survey ke beberapa vendor, namun belum ada yang cocok secara harga. Kami ingin dekorasi yang minimalis karena lokasi yang sudah cukup meriah dengan berbagai objeknya. Pada akhirnya kami menggunakan jasa Fairuz juga untuk dekorasi ini. Kami meminta paket yang paling hemat berhubung anggaran untuk dekorasi ini juga tidak banyak. Dan Alhamdulillah, kami juga sangat puas dengan dekorasinya. Minimalis, ceria, dan hangat. Perfect!

 

Kartu Undangan

Kisah mengenai kartu undangan ini bagiku tak kalah istimewa dibandingkan persiapan lainnya. Bagaimana tidak, sahabat-sahabatku sendiri yang membantu merancang naskah dan bentuknya. Naskahnya dirancang oleh Taufan, kawanku yang dikenal mempunyai kekayaan kosakata dan susunan kekata yang istimewa. Sedangkan bentuk kartunya dirancang oleh Arum, sahabat sejak masa kecilku yang juga meminjamkanku baju akadnya. Ia memang berprofesi sebagai desainer komunikasi visual.

20161121_070325.jpgKonsep kartunya sendiri dirancang oleh aku dan calon suami. Kami ingin kartu tersebut menggambarkan karakter kami berdua, dan sebisa mungkin dapat dimanfaatkan oleh tamu undangan dalam waktu yang cukup lama agar tidak segera menjadi sampah. Muncullah ide untuk membuat undangan yang juga bisa dimanfaatkan sebagai kalender tahun 2017.

 

Beruntungnya kami, cetak undangan dilakukan di percetakan milik teman baik calon suamiku sehingga kami mendapat harga pertemanan. Hihi. Alhamdulillah…

Ah ya, kartu undangan ini juga menjadi powerful karena juga berperan untuk menyampaikan konsep kepada tamu undangan agar menyiapkan diri. Konsepnya disampaikan dengan cara menyertakan tanda tagar seperti ini di undangan….

hlm-dlm-2-1.png.png

 

(Di bawah ini ada video ketika Arum menceritakan prosesnya merancang undangan. Lucu banget ❤ ! Ini kenangan berharga yang harus diabadikan…hihi)

 

Suvenir

Konsisten dengan harapan agar resepsi kami menjadi ajang edukasi dan kampanye positif, kami memilih benih sayuran sebagai kenang-kenangan untuk para tamu. Benih ini dikemas ulang oleh Kebun Madani—yang juga milik seorang teman—lengkap dengan petunjuk cara penanamannya. Harapan kami, dengan souvenir tersebut para tamu terdorong untuk mencoba menanam sayur di rumahnya agar bisa dikonsumsi sendiri. Seru kan 😀

20170410_160755.jpg

*) Tips ke-4: mintalah bantuan kepada orang-orang terdekatmu terlebih dahulu sebelum meminta bantuan dari orang yang baru/jauh. Bisa jadi orang sekitar kita memang punya bisnis yang biasa menangani persiapan pernikahan. Dengan cara ini, persiapan menjadi lebih efisien dan berkah karena berbagi rezeki dengan teman.

 

Dokumentasi Foto dan Video

Tak banyak fotografer yang berhasil mendapatkan ekspresi wajahku yang ajaib ini dari sisi ‘ke-kobe-an’ nya (kontrol beungeut, red.). Nah, kawan baikku Flo lah salah satu dari sedikit fotografer yang mampu menangkapnya. Maka dengan kebulatan hati, kami sejak awal telah menetapkan Inside Photography yang akan mengabadikan momen teristimewa hidup kami ini. Menyadari bahwa sang calon suami tak pandai bergaya di depan kamera, maka konsep fotonya adalah candid. Dan benar saja, jepretan-jepretannya sukses!

wp-1491815650932.jpeg
Perfect candid, isn’t it?

Koordinasi Keluarga Besar, Wedding Organizer dan Susunan Acara

Apalah artinya kami tanpa orang-orang hebat di belakang layar ketika hari H. Tentunya orang-orang ini adalah orang-orang kepercayaan dan andalan kami yang tahu betul keinginan dan gaya pengorganisasian kami. Tak lain mereka adalah keluarga besar dan sahabat-sahabat baikku.

Mengingat konsep pernikahannya yang tidak umum, tentunya perlu pengondisian keluarga sejak jauh hari. Karena keluarga lah yang paling berperan membangun suasana resepsi yang berbaur langsung dengan tamu lainnya. Pengondisian ini dilakukan melalui grup WhatsApp keluarga, plus rapat koordinasi 2 pekan sebelum hari H bersama panitia teknis hari H.

20170404_202418.jpg
Layout lokasi yang kubuat pada kertas berukuran A1, kupresentasikan ketika rapat koordinasi keluarga

Sedangkan panitia teknis alias wedding organizer nya adalah gabungan dari sepupuku, sahabat masa kecil, kuliah, dan alumni KPA3. Bersama alumni KPA3, sejak zaman kuliah kami sering mengorganisasi sebuah konser bersama, sehingga tentunya mereka tahu betul harapan dan gaya kerjaku.  Melalui proses transfer learning¸ aku cukup menjelaskan semua hal yang telah aku persiapkan dan perlu mereka tindaklanjuti di hari H. Kehadiran mereka benar-benar membuatku tenang dan nyaman ketika hari H, meskipun bisa dibilang sekitar 80% persiapan pernikahan sebelumnya kami yang menangani langsung.

Kerangka susunan acara pada awalnya sudah aku persiapkan, sedangkan detail dan finalisasinya dilakukan oleh teman-temanku. Ada hal yang sangat otentik dalam resepsi pernikahan kami selain Kondangan Ramah Anak-nya, yaitu adanya prosesi panen sayur oleh pengantin sebagai pengganti upacara adat setelah akad.

panen bayam
prosesi panen sayur. sayurnya disemai sendiri oleh mempelai pria lho! ceritanya melambangkan kerjasama antara suami dan istri dalam mencari nafkah dan memanfaatkannya 🙂

Pasti ada saja ‘kericuhan’ di belakang layar, namun di tangan mereka, aku sebagai pengantin tidak terpapar hal tersebut. Tak heran mereka begitu profesional menjalankan tugasnya sebagai wedding organizer, karena selama sekitar 1 tahun terakhir mereka memang telah merintis sebuah WO profesional bernama Asmarandana. Keterlibatan mereka ini bisa dibilang sudah ‘dikontrak’ sejak jauh-jauh hari dalam konteks pertemanan. Sejak lama kami saling berjanji untuk membantu persiapan pernikahan masing-masing, karena mengorganisasi sebuah kegiatan itu menjadi semacam ‘hobi’ bagi kami. Haha.

 

***

WATERMARK Listi AsepBegitulah dongeng persiapan pernikahanku (maap panjang bener yak..). Semoga bermanfaat! Bagi yang sedang mempersiapkan pernikahannya, semoga barokah dan lancar yaaa…

*) The last but not least tips: jangan sampai karena keasyikan persiapan teknis resepsi yang cuma sehari malah jadi lupa persiapan mental untuk pernikahan seumur hidup ya! Banyak-banyak berdoa dan ibadah sunnah agar hati ditenangkan dan urusannya dilancarkan 🙂

Vendor:

Lokasi: Pandiga Educreation and Sport

Tata rias, katering, dekorasi, MC, hiburan, sound system: Fairuz Wedding Muslim

Pakaian pengantin: Marissa Siagian

Desain undangan: Tujusemesta Creative Space

Cetak undangan: Hijau

Suvenir: Kebun Madani

Wedding organizer: alumni KPA3 (nyomot dari Asmarandana)

 

 

 

 

One thought on “Mewujudkan Resepsi Pernikahan Impian: Kondangan Ramah Anak

Add yours

Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Up ↑